GAGAL MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI (SNMPTN DAN SBMPTN) MENYERAH? TIDAK!
AKU DENGAN SEDIKIT MIMPIKU
|
Nasihat lama mengatakan, tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta.
Walaupun ini hanya pengenalan yang singkat dan tidak saling bertatap muka,
sudahlah sebaiknya kita saling berkenalan. Saya anak dari bapak Waspiner
Situmorang dan Remseria Tumanggor. Orangtua saya ini berdomisili di Hutagalung.
Desa terpencil di dekat Kec. Parlilitan dengan Kab. Humbang Hasundutan. Waktu tempuh dari Medan - Hutagalung sekitar 12 jam perjalanan. Orang tua
yang saya cintai ini tinggal di daerah yang sangat jauh dari keramaian, tinggal
di ladang dan hanya pulang ke kempung pada
hari Sabtu dan akan balik pada hari Minggu sore dengan berjalan kaki selama 3
jam. Saya merupakan anak kelima dari enam bersaudara. Ayah dan ibu bekerja
sebagai petani. Yakni petani padi. Panen padi
itu 2 kali dalam satu tahun.
Aku Waktu Kuliah |
Kami bersaudara enam, tiga laki-laki
dan tiga perempuan. Orang tua saya, hanya
berpendapatan dari hasil ladang. Untuk bisa menyekolahkan
anaknya. Bahkan ayah dan ibu bekerja di ladang orang agar bisa mengirim
kebutuhan anaknya di bangku perkuliahan. Inilah pengenalan singkat, yang dapat
saya berikan semoga pengenalan ini dapat mendekatkan kita.
UJIAN
SNMPTN 2012
|
Saya adalah tamatan SMA tahun 2012. Dan untuk
menuju bangku perkuliahan saya harus tes sebanyak empat kali. Saya gagal
sebanyak tiga kali, yakni SNMPTN 2012, SBMPTN 2012, dan UMB 2012. Alasan saya
untuk menuju bangku perkuliahan negeri adalah karena orang tua tidak sanggup membiayai uang kuliah di swasta.
Kecewa dengan hasil, bukan menyebabkan niat saya unutk kuliah menjadi redup.
Dulu di SMA saya adalah Ketua OSIS, yakni pada periode 2010/2012. Pada waktu
itu saya masih kelas dua.
Apresiasi ketika aku dapat
Juara Olimpiade sains tingkat SMA/sederajat se-Humbang untuk matapelajaran Ekonomi. Pada waktu test SNMPTN
2012, hal yang paling diutamakan kriteria kemenangan adalah nilai raport,
sertifikat dan organisasi yang diikuti di sekolah. Saya berharap bisa menang di
universitas yang saya pilih. Padahal waktu itu pada tanggal 28 Mei 2012, saya
membuka pengumuman dan ternyata gagal. Dari test SNMPTN ini, saya sangat
merasakan kekecewaan. Kecewa dan sangat
kecewa.
Waktu itu, saya merenung ketika
melihat pengumuman tidak menang. Padahal kawan-kawan yang lain banyak yang
menang dan masuk ke perguruan tinggi negeri. Lama – kelamaan ternyata SNMPTN belum jalan buatku untuk masuk ke perguruan
tinggi. Dengan kondisi pendapatan
orang tua. Saya tidak bisa bimbingan belajar di Kota Medan. Bahkan, jaringan
informasi di kampung kami masih sangat sulit dan jaringan telepon belum ada. Cara
yang terakhir adalah memberikan informasi pada kawan, supaya mendaftarkan saya
untuk mengikuti ujian SBMPTN.
Ketika
itu saya meminta kepada Ayah supaya mengizinkan saya bimbingan belajar ke Kota
Medan, namun ayah mengatakan kita tidak punya uang, saya sangat merasa terpukul
dengan keadaan itu. Hanya bisa berdiam di kampung dan membantu keluarga bekerja
di ladang seadanya. Sangat sulit menerima realita tersebut. Komparasi orang yang kaya
dengan orang miskin sudah sangat tampak. Dengan demikian, saya hanya berdiam
dan memohon kepada Tuhan supaya memberikan jalan dan kuasanya. Hanya niat yang
besar, namun tidak ada kepastian melalui modal.
Dengan
semangat yang tak pernah pudar, saya memohon kepada orang tua supaya memberi
izin tes masuk perguruan tinggi. Namun waktu itu ongkos ke Medan tidak ada. Caranya adalah saya bekerja
dengan orang lain, untuk upah demi
ada ongkos ke Kota Medan. Sekuat hati dalam melaksanakan setiap perjalanan hidup,
dan orang tua memberangkatkan saya untuk pergi ke Kota Medan. Pada waktu itu, hari
Minggu, saya berangkat dan besok harinya adalah ujian SBMPTN. Sore hari sampai,
besok paginya harus bergegas untuk ujian. Dengan persiapan yang sangat minim,
hanya bermodal ilmu yang didapatkan di SMA.
Saya ujian SBMPTN di Universitas
Sumatera Utara,
dan uang pendaftaran yang kala itu saya
pinjam dari kawan. Menjawab soal
sebisa mungkin, ternyata hasil belum maksimal. Pada waktu pengumuman, sama saja dengan SNMPTN
yang gagal.
Melihat
kenyataan itu saya merasa tidak punya tujuan lagi untuk kuliah. Namun setelah saya pikir-pikir kegagalan
yang ke dua ini tidak menyebabkan kemauanku kuliah menjadi turun, semua ini
saya anggap cobaan hidup. Saya beranggapan bahwa nilai yang kita dapatkan
selama SMA belum tentu memudahkan langkah
kita untuk meraih satu kursi PTN. Setiap hari saya berdoa
dan memohon kepada Tuhan, supaya memberikan saya kesabaran dan kesadaran dalam
menjalani tugas yang diembankan sebagai insan ciptaan-Nya. Niscaya pengalaman
itu membuat saya semakin kuat, kegagalan adalah jembatan menuju kesuksesan.
TEST
UMB 2012
|
Melupakan
sejenak hasil SBMPTN, saya bertekad untuk mencoba lagi. Terus berjuang agar
bisa masuk ke perguruan tinggi. Selanjutnya untuk ujian yang ketiga saya mencoba
UMB (Ujian Masuk Bersama), pada kesempatan
ini saya menemukan kesulitan yang sangat besar. Yakni, uang regristrasi yang
mahal, kesulitan ini cukup membuatku
pening. Jalan terakhir adalah, untuk biaya pendaftaran saya bekerja di Kota
Medan, sebagai kuli bangunan dan dibantu oleh kakak – kakak saya. Dengan susah
payah saya mendapatkan upah cukup untuk biaya pendaftaran. Pada waktu itu biaya
pendaftaran sekitar Rp
200.000.
Pengalaman
yang ketiga ini, sangat membuatku terpukul lagi.
Adalah kawan-kawan yang se-SMA dulu telah lolos ke perguruan tinggi. Jikalau pun
tidak masuk perguruan tinggi negeri mereka dapat melanjutkan ke perguruan
tinggi swasta. Dengan keadaan genting seperti ini, orang tua dan saudara
kandung selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada saya. Untungnya, pada
keadaan seperti itu saya tidak putus asa.
Saya berpikir, di mana Tuhan itu berada? Saya berpikir selama masa SMA, rajin
belajar, ibadah, mendapatkan prestasi yang baik, dan juga mendapatkan
kesempatan menjadi ketua OSIS, ternyata hanyalah cerita belaka. Kegagalan yang
ketiga kali ini, membuatku menjadi turun semangat.
Kemudian
suatu hari, ayah dan ibu memberikan nasehat kepada saya. Beliau akan berusaha
untuk bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Ketika itu, ayah
menyuruhku supaya mendaftar di universitas swasta yang ada di Medan ini.
Mendengar hal itu, saya merasa bahagia. Mencari universitas swasta di Medan
ini, di antaranya adalah, Nomensen, Methodis, UNIKA. Kendala yang saya dapatkan
adalah uang kuliah yang hampir mencapai 6 jt/tahun.
Melihat biaya kuliah itu,
saya sadar akan keadaan orang tua. Saya sadar orang tua hanyalah petani di
kampung, dan saya sadar bukan perguruan tinggi saja yang bisa membuatku sukses
nantinya. Dengan optimis, saya memutuskan untuk berhenti dan tidak ingin masuk
ke perguruan tinggi swasta pada tahun itu. Dengan luka di hati, saya ,memutuskan
untuk pergi merantau. Dengan satu tekat, tahun depan akan mecoba ke perguruan
tinggi. Meninggalkan impian perguruan
tinggi dan belajar menerima kenyataan hidup. Semua pengalaman ini saya jadikan
dasar untuk menguatkan iman dan menguatkan tekad ke depannya.
MASA
KERJA
|
Melihat
keadaan sebelumnya, hal yang paling memungkinkan untuk menuju kesuksesan adalah
bekerja. Masih
ingat, saat memberangkatkan ku,
kedua orang tuaku menangis. Namun, satu
hal yang mencerminkan keseriusan mereka adalah akan selalu berusaha
jikalau nantinya aku anaknya ada kemauan untuk kuliah, dan siap untuk
mendukung ku. Perasaan sedih tak bisa
terbendung, tapi apa bisa buat, semuanya harus
dijalani. Memberangkat anaknya ke
perantauan hanya bermodalkan izajah SMA, sama saja melepaskan anaknya di hutan
lebat tanpa bekal makanan. Tapi
hal itu tak menjadi penghalang bagiku. Jika Tuhan berkehendak, jalan mana pun
ku langkahkan akan jadi mudah. Karena hanya dalam Dialah aku mampu melangkah.
Bekerja bukanlah tujuanku yang pertama setelah habis
masa SMA, sekali lagi untuk kuliah. Tujuan besarku untuk kuliah adalah untuk mengangkat
martabat ayah dan ibuku dan keluargaku. Tapi langkah ini harus kutempuh, pergi
merantau ke Kota Jambi. Mengingat kedua orang tua yang saya tinggalkan di kampung, setiap hari masih diselimuti suasana kampung. Sederhana,
sepi, dan penuh dengan keharmonisan. Nah, di kota aku haru banyak belajar dan
beradaptasi. Akhirnya saya memutuskan
untuk membantu kakak yang mempunyai toko di Jambi.
Tentang kakakku, dialah menjadi orang nomor dua setelah
orangtua ku. Semangatnya yang tak pernah pudar dan menjadi panutanku dalam
bergaul dan memandang masa depan.
Namun faktanya, kesulitan yang saya
dapatkan ini lebih sulit daripada menjawab soal SBMPTN dan UMB. Hal ini yang
membuatku tetap semangat dan tidak mengingat kegagalan itu lagi. Karena memang benar dunia pekerjaan lebih sulit daripada
mengerjakan soal tes. Apalagi pengalaman yang masih minim membuatku
sangat teralienasi dengan keadaan di kota. Memakai bahasa Indonesia masih di bawah
rata-rata, penampilan yang konservatif, mengandalkan izajah SMA, serta hanya
mengandalkan kekuatan saja. Hari itu aku
sadar, bekerja berpenghasilan
itu memang sulit. Jadi ingat betapa
sakitnya jika jauh dari orang tua. Ingat juga
betapa sulitnya saudara – saudaraku untuk membiayai hidup kami sekolah SMA
dulu. Sekali lagi, niat tetaplah niat, di sela – sela waktu luang saya selalu
memanfaatkan diri untuk up grade diri.
![]() |
Di Toko Kakakku |
Hingga
pada suatu ketika, terlintas dipikiranku untuk persiapan SNMPTN. Pada bulan
Februari 2013, saya meyakinkan diri untuk mencoba lagi masuk ke perguruan
tinggi lewat jalur ujian. Tanpa bimbingan belajar, hanya belajar sendiri. Saat waktu bekerja saya
terus membawa buku ke toko. Membaca saat ada waktu luang, juga belajar setelah
pulang membantu kakak di toko. Hal
ini saya lakukan setiap hari, baik hari kerja maupun libur. Ada satu niat yakni ingin
mencoba hal baru. Dengan strategi ini berharap semesta memudahkan satu
langkah mencapai cita – cita ku. Lagi, setiap
mendapatkan uang saku dari kakak, saya
menempatkan waktu luang untuk pergi ke toko buku, dan membelinya. Ini saya
lakukan hampir setiap bulan untuk menambah buku dan
wawasan lain. Selain itu saya menabung
uang saku saya untuk persiapan nantinya jika masuk
kuliah.
TEST
SNMPTN 2013
|
Saya mendaftar mengikuti
SNMPTN di Kota Jambi. Mengikuti ujian di Universitas Jambi. Satu hal yang paling lucu saat itu, aku hampir terlambat
ke lokasi ujian. Karena keterlambatan ojek yang sebelumnya sudah disepakati. Di jalan pun
kami bagaikan ada di arena balap. Kencang dan pasti.
Pengabdian ke SMA-ku |
Ujian
ketika itu selama dua hari, tepatnya di Fakultas
Pertanian UNJA. Tuhan pun bekerja, akhirnya penantian
selama ini terwujud, pada bulan Juli saat pengumuman, saya lulus dan berhak masuk ke
Universitas Sumatera Utara jurusan Sosiologi. Saya sangat senang dan melompat-lompat karena
bahagianya. Orang tua yang sangat saya cintai juga ikut bahagia, karena pada saat itu baru saya
yang bisa mengecap perkuliahan di USU dari anak petani. Tidak lupa bersyukur
kepada Tuhan, dan mengucapkan terima kasih kepada orang tua, saudara dan
terutama kakakku yang selalu berada di depanku
dan menjadi panutan ku.
AYAH
SAKIT DAN MENINGGALKAN KAMI SEMUA
|
Ketika
itu, setelah delapan bulan berada
di Kota Medan. Ayah dalam keadaan sakit di kampung.
Sebelumnya ayah sering
berpesan kepadaku, jika nantinya Ayah
telah pergi dan kamu harus tetap kuat dan semangat menjalani kuliah. Pada bulan sembilan kami keluarga membawa ayah
berobat kemana-mana. Mengingat kondisi ayah yang semakin memburu, kami membawa
ayah ke Kota Medan untuk berobat. Pikirku,
masuk ke perguruan tinggi sudah dihadapkan masalah
kehidupan seperti ini, pikirku kembali Akhirnya saya dan keluargaku berjuang melawan semua tantangan serta
berusaha untuk menyembuhkan ayah dengan
cara berobat. Begitu
banyak rumah sakit yang kami sudah datangi. Terakhir adalah Rumah Sakit Hj.
Adam Malik. Hampir tidak kuat kami menerima kenyataan. Ayah pun begitu
tenangnya pergi, tanggal 03 April 2020.
Sipinsur, Saat Penelitian |
Kami pun ihklas melepas. Walau memang sering ditemani
sepi. Namun, ya hidup memang harus tetap berjalan. Bumi tetap berputar pada porosnya.
Waktu tetap berjalan. Hari ini sudah enam tahun yang lalu aku kenang cerita
ini. Aku pun sudah sedewasa ini. Ada banyak pedoman hidup yang selalu aku pegang,
yaitu Firman Tuhan, orangtua, keluargaku, dan dukungan dari orang – orang di
sekitar ku. Intinya buat kalian yang ingin mencapai cita – cita setinggi
mungkin, percayalah semesta akan mendukung. Doa. Niat. Kerja keras. Rendah hati
dan lakukan segala sesuatu dengan terbaik.
Tags : Pengembangan Diri